The Teacher's Diary
The
Teacher's Diary
Song,
pria bertubuh kurus dan tinggi itu sedang asik bermain dengan salah satu anak
di halaman sekolah. Tiba-tiba dari atas balkon lantai 2 terlihat seorang pria
yang jauh lebih dewasa darinya dengan suara yang lantang memanggil Song dan menyuruhnya
untuk datang ke ruangannya. Ya hari ini adalah hari pertama Song mencoba untuk
melamar pekerjaan di sekolah Baan Gaeng Wittaya. Sebelumnya ia adalah seorang mantan atlet pegulat yang
kali ini mencoba untuk beralih profesi dan berharap dapat menjadi seorang guru.
Namun,
kepala sekolah sepertinya sedikit kebingungan dimana ia akan menempatkan Song,
karena pria yang satu ini sama sekali tidak memiliki keahlian apapun dalam
kegiatan belajar mengajar, meskipun dengan tenangnya Song mencoba meyakinkan kepala
sekolah bahwa song dapat dan mau melakukan hal apa saja seperti memfoto copy
dokumen, membuat kerajinan tangan dan kesenian atau sekedar mengetik dan
mengirim file. Apapun pekerjaannya ia sanggup untuk melakukannya dan sampai
akhirnya kepala sekolah memiliki ide dan bertanya,
“apa
kau bisa berenang?” Song pun sedikit kebingungan dan bertanya-tanya sekiranya
apa maksud pertanyaan kepala sekolah tersebut ia pun hanya diam sambil
menganggukan kepalanya. Akhirnya dikirimlah Song ke cabang sekolah SD di tempat
terpencil dengan bangunan serupa perahu, terapung-apung di sebuah sungai.
Perjalanan
panjang yang cukup melelahkan mengantarkan Song ke sekolah terapung tempat ia
akan bekerja. Setelah berjam-jam ia harus menahan mual karna mobil yang
ditumpanginya melewati jalanan yang cukup terjal dan tidak sampai disitu untuk
melanjutkan perjalanan ia harus menaiki perahu untuk sampai ke sekolah “rumah
kapal” tersebut.
Sesampainya
ia disana, bangunan kecil ditengah sungai itu terlihat sepi, dindingnya terlihat kusam
karna sudah lama tidak ditinggali, namun semua barang yang ada didalamnya masih
tertata dengan rapi. Bukannya beristirahat Song sendiri, lebih memilih melatih
dirinya sebagai guru untuk pertama kalinya di sekolah terapung. Layaknya
seorang guru professional, Song meminta anak murid khayalannya untuk
memperhatikan setiap ucapannya. Saat sedang mencari kapur dan penghapus tulis,
Song tanpa sengaja menemukan sebuah buku diary berwarna coklat tua yang sedikit
usang dibuknya lembaran pertama buku tersbut dan didapatinya tulisan “Diary
Ann”. Ya, itu adalah sebuah buku diary milik seorang guru yang pernah mengajar
di sekolah terapung yang tak lain dan tak bukan adalah Ann. Tanpa Song ketahui
sebelumnya ada seorang guruyang sudah ebih dulu datang kesekolah ini. Ann
namanya, ia mengajar satu tahun lebih dulu daripada Song dan Song ditugaskan
menggantikan Ann menjadi guru di sekolah terapung.
Ann
POV
“hapus tattonya
sekarang juga!” seru kepala sekolah,
“Tidak, maaf, saya
tidak bisa dan saya tidak akan melakukannya” jawab Ann
“kalau kau tak mau
menghapusnya, saya akan kirim kamu ke sekolah rumah kapal” ancam kepala sekolah
“baiklah, kalau begitu beri saya waktu 2 hari
untuk membereskan barang-barang saya dari sekolah ini” tegas Ann
Ya Ann lebih memilih untuk mengasingkan diri ke sebuah
sekolah kecil di tengah sungai yang sudah pasti jauh dari ramainya perkotaan.
Sekolah “rumah kapal” namanya. Sebelumnya Ann dituduh memberikan contoh yang
tidak baik pada muridnya hanya karena Ann menggunakan Tatto bintang kecil di
tangannya dan ia bersikeras tidak mau menghapusnya. Ia lebih memilih untuk
berada disana dibandingkan harus menghapus tatto bintang ditangannya.
Ann adalah seorang wanita yang sedikit keras kepala. Ia sama
sekali tidak takut atas ancaman yang diberikan kepala sekolah yang akan
memindahkannya ke sekolah terapung. Bahkan ia benar-benar mengabaikan ancaman
tersebut. Selama dirinya merasa benar, Ann akan teguh pada pendiriannya.
Pagi ini Ann tengah
bersiap untuk melakukan perjalanan ke sekolah terapung bersama Gigi seorang
teman dekatnya.Perjalanan yang melelahkan dengan jara tempuh yang jauh dan
jalanan yang cukup terjal membuat ke duanya mulai berpikir. Sekolah terapung
tempat dimana mereka akan mengajar ternyata sangat jauh dari kota dan berada di
tengah-tengah sungai. Untuk menempuhnya memerlukan waktu yang lama dan
dilanjutkan dengan menaiki perahu, belum
lagi sinyal telepon dan listrik yang sangat minim.
Hal
yang pertama kali dilakukan Ann begitu tiba di sekolah terapung adalah melihat
ke sekeliling sekolah yang terlihat sedikit kumuh dan menyedihkan. Ann
sepertinya sedikit beruntung karena dirinya tak seorang diri. Setelah
berkelilingsekolah mereka pun selfie bersama sebagai ritual wajib pertama yang
harus dilakukan meskipun yang terpotret hanyalah wajah Gigi seorang.
Selepas
membersihkan ruangan, Ann duduk di depan sekolah sambil memainkan kakinya
diatas air laut yang terasa dingin ditemani oleh cahaya matahari yang sudah mulai
pudar. Ia mengambil sebuah buku berwarna coklat tua dan mulai menggoreskan
penanya dalam buku tersebut.
16 Mei 2011
Hari
pertama pengasinganku
Aku
mengerti apa yang Dae Jang Geum rasakan, ketika dia diasingkan ke Pulau Jeju.
Pantas
orang-orang ketakutan ketika Kepala sekolah mengancam untuk memindahkan
seseorang disini. Ditengah-tengah kota antah berantah.
Kalau
aku mati disini, mungkin aku sudah reinkarnasi duluan sebelum orang menemukan
mayatku.
Setelah
membaca dua halaman pertama pada buku tersebut sepertinya Song terlihat tidak
tertarik dan menaruh kembali buku tersebut di tempatnya. Kemudian ia kembali
meneruskan kegiatannya berlatih menjadi guru dan bersiap untuk menyambut para muridnya esok pagi.
Keesokkan paginya Song terbangun dan
ternyata hari sudah siang, namun tidak ada satu pun murid yang datang ke
sekolah tersebut. Song pun merasa bosan yang bisa dilakukannya hanyalah tidur,
mencoba berteriak memanggil setiap murid agar segera datang ke sekolah yang
nyatanya berakhir sia-sia. Dilanjutkan dengan bersepeda sambil menyiram tanaman
dan terakhir adalah mencoba mengoperasikan perahu motor untuk mencari para
muridnya namun ia kurang beruntung dan mengakibatkan tangan kanannya terkilir
karena tidak dapat menggunakan perahu tesebut. Akibat tangannya yang terkilir
ia tidak dapat melakukan banyak kegiatan alhasil ia hanya berdiam diri duduk
sambil sesekali membaca buku coklat diary milik Ann yang sebelumnnya pernah ia
baca
Ann
POV
Berbekal
genset, Ann mencoba menyalakan lampu listrik yang hanya tersedia 1 buah. Begitu
lampu menyala, Ann segera membawanya ke hadapan Gigi yang sedang fokus pada
tong air yang sama sekali tidak mau mengeluarkan air.
“Airnya
tidak mengalir?” tanya Ann
“Tidak”
jawab Gigi bingung dan terus mencoba memutar keran air hingga berulang kali
“Gunakan
tanganmu dan pukul tangkinya untuk mengeluarkan kotorannya. Ada yang jatuh?”
saran Ann dan membantu Gigi memukul tong air
“Masih
tersumbat” keluh Gigi
“Apa
yang menyangkut disana? Masukkan jarinya kedalam. Lebih dalam” saran Ann untuk
ke dua kalinya
“Ada
yang jatuh? Sepertinya aku menyentuh sesuatu” ucap Gigi mulai semangat. Dan sebuah
kepala cicak muncul dari dalam keran air dan disusul oleh beberapa ekor cicak
mati lainnya. Ann dan Gigi sontak terkejut. Wajah Gigi mendadak pucat dan
beberapa menit kemudian, Gigi muntah-muntah karena jijik menyaksikan
pemandangan yang tak biasa di hadapannya.
Tak hanya itu Ann harus mengalami
alergi di lengan kanannya karena memilih mandi di dalam sungai. Untuk bisa
berkomunikasi dengan keluarganya dan bahkan kekasihnya, Ann harus meminta
tolong kepada Ibu pemilik perahu motor untuk menyampaikan pesannya.
Aku tak
yakin apa aku bisa bertahan. Tidak ada air yang mengalir. Tidak ada listrik.
Aku tak tahu…
Aku kangen
Nui.
Song
POV
Pagi
ini ketika Song ingin mandi tiba-tiba saja air dalam tong tidak keluar, ia
berusaha keras memutar-mutar keran dan Song teringat apa yang dituliskan Ann
pada buku diarynya dan ia mencoba mengikuti apa yang dulu dilakukan oleh Ann
yaitu memasukkan jemarinya ke dalam keran. Song
sedikit beruntung karena tak ada cicak yang keluar dari dalam keran air
tersebut dan airnya sudah kembali mengalir dengan normal Kegiatan mandi Song
harus terhenti sejenak ketika menyadari sebuah perahu motor melintas tak jauh
dari sekolah terapung. Song berteriak sekeras-kerasnya hingga Ibu pemilik perahu motor menghampirinya.
“Anda
tahu anak-anak yang belajar disini?” tanya Song setelah memberi salam
“Anda
guru baru?” tanya si ibu pemilik perahu
“Ya.
Namaku Song. Bu, dimana semua murid-muridnya?” tanya Song lagi
“Apa
anak-anak tahu kalau guru baru sudah datang?” jawab ibu pemilik perahu
Song dengan tangan terbalut kain
seadanya berkeliling ke rumah-rumah penduduk yang berada tak jauh dari sekolah
terapung. Ya, hampir semua warga di sekitar sekolah terapung memiliki kediaman
di atas sungai/rumah terapung. Song berteriak memanggil para murid jika sekolah
sudah dibuka kembali. Satu persatu murid berhasil dikumpulkan Song meskipun
jumlahnya jauh lebih sedikit dari murid yang diajar Ann dulu.
Ann POV
Ann dibantu Gigi terlihat
bersemangat mengajar murid yang jumlahnya 7 orang. Sebagai pembuka, mereka
mengibarkan bendera kebangsaan negeri gajah putih tersebut dan diiringi lagu
kebangsaannya. Kelas resmi dibuka. Ann memperkenalkan dirinya disertai gaya, Gigi yang nampak sedikit kebingungan pun
bertanya “ haruskah kita bergaya seperti itu Ann ?” tanya Gigi kepada Ann, “
ya, anak-anak lebih mudah mengingat gerakan tubuh” jawab Ann. Gigi pun akhirnya
memperkenalkan namanya dengan bergaya juga, ya walaupun gayanya memang agak
sedikit berlebihan.
Song POV
Pelajaran pun dimulai, Song meminta
para muridnya untuk memperkenalkan diri. Alasannya, agar Song, guru mereka
dengan mudah mengingat nama setiap murid. “Namaku Muek, saya kelas 1” ujar salah seorang
anak seraya menggerakkan tangannya seperti gurita, Song yang merasa bingung dan
terkejut lantaran mereka bergaya sambil menyebutkan nama mereka pun bertanya “
kenapa harus bergaya?” tanya Song “ anda harus bergaya untuk memudahkan mengingat”
jawab Muek. Kemudian perkenalan terus berlanjut pada Tong, Tuna, dan Gao. Tiba
giliran Song memperkenalkan dirinya “nama saya, Song” seraya mengangkat dua
jari nya membentuk huruf V ditempelkan
didekat matanya ia bergaya seperti itu karna dalam bahasa thailand Song berarti
2. Namun, murid-muridnya justru memandangnya dengan tatapan aneh. Tak lama
sorang bertanya pada Song “ apa bu Ann datang juga?” tanya Tuna “dia tak datang, hanya saya
saja” jawab Song ketus.
Tak mudah bagi Song mengajar ke
empat anak di hadapannya. Mereka ternyata berbeda kelas. Muek kelas 1 dan
terasa sulit baginya mengeja alphabet. Tong yang sudah kelas 2 saja ketika
diminta menghitung, membutuhkan waktu lama untuk melakukannya. Tong bahkan
meminjam jari tangan dan kaki Muek yang duduk disampingnya hanya untuk
menjumlahkan 37+25. Merasa kesal dan jengkel, Song memilih meninggalkan
muridnya sejenak yang mulai mengeluh jika saat ini mereka sedang lapar. Song
memutuskan mencari sinyal di tengah-tengah sungai. Ia diantar oleh seorang ibu
dengan perahu motornya berkali-kali memutari sungai tersebut namun tetap saja
hasilnya nihil. Saat kembali ke sekolah yang didapati Song adalah kondisi kelas
yang kosong. Murid-muridnya dengan santainya berenang di tengah sungai sambil
melambaikan tangan kepada dirinya. Kekesalan pun kembali menghampiri Song dan
imbasnya, Song memukul tangan ke 4 anak muridnya hingga salah satu dari mereka
menangis.
“Bu
Ann tak pernah memukul kami” isak Muek
“Dimana
dia sekarang? Kalian selalu membicarakannya. Bu Ann, Bu Ann. Kalau kalian tak
mau diajar olehku, katakan saja! Biar aku bisa pergi” balas Song dengan emosi
“Ya
sudah, Bapak pergi saja” jawab Muek yang masih terisak
Song hanya bisa terdiam memikirkan
semuanya. Mengajar di sekolah terapung tak semudah yang dibayangkannya. Menjadi
guru sangatlah sulit dan tak seperti yang dipikirkannya selama ini. Belum lagi
rasa rindu yang menderanya kepada sang kekasih hati yang berada jauh darinya.
Hanya video kebersamaan mereka yang mampu menjadi pelipur hati Song.
Akhir pekan telah tiba
Para murid kembali ke rumah mereka
masing-masing, berkumpul dengan keluarga dan meninggalkan Song seorang diri di
sekolah terapung. Hal tersebut dimanfaatkan Song untukpergi ke kota
memeriksakan tangannya yang terkilir akibat
perahu motor yang dinaikinya beberapa hari yang lalu ke rumah sakit.
Ann POV
Akhir pekan ini Ann memutuskan ke
dokter untuk mengobati alergi di lengan kanannya. Ann tak seorang diri, ada Nui
kekasihnya yang menemaninya.
“Kamu
merasa baikan dan kemudian apa? Setelah kamu kembali, kamu akan mendapatkan ruam
itu lagi. Aku punya pacar, tapi aku
hanya bisa bertemu denganmu dua kali seminggu. Aku harus menempuh perjalanan 6
jam untuk menemuimu. Kamu hampir tak bisa berenang tapi kamu memaksa untuk
tinggal. Kalau sesuatu terjadi padamu akan membutuhkan waktu seminggu sebelum aku
mengetahuinya” ucap Nui membuka pembicaraan
“Apa
yang kamu ingin aku lakukan?” tanya Ann
“Pindah
kembali saja” jawab Nui dan berhasil membuat Ann yang sedaritadi memungungginya
berbalik
“Kamu
tahu itu sangatlah tak mungkin” ucap Ann menolak
“Kenapa
tidak? Itu karena tatomu. Sudah kubilang jangan membuatnya tapi kamu tak pernah
mau mendengar. Kamu hanya ingin membuktikan kepada kepala sekolah kalau kamu
benar. Berada ditengah-tengah antah berantah...mengajar 4-5 anak, apa itu
sepadan?” tanya Nui sedikit kesal mendengar penolakan Ann..
“Yang
benar 7… 7 anak. Kamu juga seorang guru... bagaimana kamu bisa bilang
"apakah itu sepadan"? Dan "sudah kubilang jangan". Bisakah
kamu berhenti mengucapkan itu? Aku sudah sering mendengarkannya selama 10
tahun. Aku sudah capek dengan semua ini” balas Ann tak kalah kesalnya.
“Aku
juga sudah capek. Aku juga benci mengulangi perkataanku”
“Kalau
begitu putus saja. Tidak ada yang menyuruhmu untuk berpacaran denganku” ucap
Ann kembali memunggungi Nui
“kamu
memulainya lagi. Setiap kali kita bertengkar kamu selalu menantangku untuk
minta putus. Kamu ingin putus agar bisa pindah ke rumah kapal?” tanya Nui
“Kalau
kamu benar-benar ingin begitu maka pergi saja” jawab Ann
Song POV
Usai dari berkunjung ke dokter, Song
memutuskan mampir ke rumah pacarnya hanya untuk sekedar melepas rasa rindu.
Namun belum juga bertemu dengan sang pacar, sebuah pemandangan yang menyesakkan
hati terpaksa harus dilihatnya. Song melihat pacarnya sedang berduaan dengan
seorang pria.
“Sejak
kapan? Aku cuma pergi kurang dari seminggu” ucap Song berusaha menahan rasa
sakit akibat pengkhianatan orang yang sangat dicintainya
“Seminggu
atau setahun bukan itu masalahnya. Seperti kamu hidup dari hari ke hari. Apa
kamu pernah memikirkan masa depan kita?” jawabnya
“Kalau
aku tak pernah memikirkannya, kenapa aku mengambil pekerjaan sejauh ini?!”
jawab Song
“Pekerjaan?
Kamu sebut itu pekerjaan? Kamu bahkan belum menjadi guru tetap. Tahun depan
kamu bahkan tak tahu apa kamu masih punya pekerjaan” elak pacar Song
“Dan
motorku? Bisa-bisanya kamu membiarkan orang lain menaikinya?” tanya Song dan
yang didapatinya, sang pacar malah tidak merasa bersalah dan melempar kunci
motor milik Song ke lantai.
Song dilanda kesedihan yang sangat
dalam. entah tanpa disengaja atau takdir yang memang mengharuskan Song
mengetahui lebih lanjut kisah hidup seorang Ann, Song memutuskan membaca
kembali buku diary Ann yang dibiarkannya tergeletak begitu saja tanpa pernah
disentuh sejak terakhir kali dirinya membacanya.
Kenapa pria sebodoh itu? Kamu tak tahu? Ketika
setiap kali seorang wanita menantangmu untuk minta putus... itu berarti mereka
ingin kau menyerah. Lihat saja nanti... apa aku bisa hidup tanpa pacar! Jangan
katakan apa yang harus aku lakukan! 13 tahun terbuang percuma dalam seminggu.
Lucunya kehidupan ini.
S.O.G
S.O.G
S.O.G
(Sekolah Orang Galau).
Hal yang dilakukan Ann untuk
menghilangkan kegalauannya pada saat itu ialah dengan berteriak S.O.G kemudian melompat ke
dalam sungai dengan pelampung, ya karena Ann sama sekali tidak pandai berenang
sebenarnya karena merasa memiliki cerita yang sama hal tersebut dilakukan pula
oleh Song, tapi anehnya, Song memutuskan melompat dengan motor kenangannya
bersama sang mantan.
Membaca diary Ann menjadi kegiatan baru
dan menyenangkan bagi Song. Song bahkan tak memperdulikan waktu dan tempat
melakukan rutinitas barunya tersebut. Bahkan di dalam kamar mandi sekalipun
Song membacanya hingga akhirnya tiba pada sebuah halaman, Ann bercerita saat ia sedang
mengajar para muridnya, Ann dikejutkan dengan teriakan Gigi yang berasal dari
kamar mandi. Gigi terus berteriak histeris dan mengatakan ada sesuatu dari
dalam kamar mandi. Ann memberanikan diri melihat ke dalam kloset dan hal yang
membuat Gigi berteriak histeris sedaritadi adalah mayat seorang pria yang sudah
membusuk.
Song terkejut setengah mati usai
membaca salah satu halaman di dalam buku diary Ann. Tanpa menunggu lebih lama,
Song berlari keluar dan memberi salam karena telah mengganggu penghuni kamar
mandi tersebut.
Ann POV
Seorang pria dan juga ditemani
seorang biksu datang mengevakuasi mayat pria yang ditemukan Ann dari bawah
toilet. Beberapa detik kemudian, Gigi muncul dari dalam rumah dengan membawa
koper miliknya dan juga milik Ann.
“Ayo
pergi Ann, aku sudah mengemasi barang-barang kita” ajak Gigi terlihat ketakutan
“Kamu
mau pergi begitu saja?” tanya Ann terkejut
“Berikan
aku alasan yang benar untuk tinggal disini. Kemarin malam ada cicak di air
kita. Sekarang kita menemukan mayat. Berapa lama lagi kita harus bertahan?”
jawab Gigi
“Tapi
kalau kita pergi, kepala sekolah akan menutup tempat ini” ucap Ann khawatir
“Terus
kenapa? Terserah, aku tetap pergi” ucap Gigi
Ann
hanya bisa terdiam dan membiarkan Gigi sahabatnya pergi meninggalkannya.
Sekarang dirinya hanya seorang diri di negeri antah berantah ini ditemani ke 7
muridnya yang masih kecil.
Menjadi
guru, bukan saja tentang A,B,C dan 1,2,3. Siapa yang menyangka, sebuah tato 3
bintang akan membawaku sejauh ini?
Tidak
pernah menyerah!
Akhir pekan ini, Ann memutuskan ke
kota. Nui menyambutnya dan memutuskan menerima setiap hal yang diinginkan Ann
termasuk mengajar di sekolah terapung. Ann terlihat senang mendengar ucapan
Nui, Ann tak pernah menyangka jika Nui benar-benar bisa mengerti dengan
dirinya.
Mulai hari ini dan
seterusnya, walaupun aku harus mengajar sendiri, akan kulakukan
sebaik-baiknya untuk mengajar mereka. Ann mulai membiasakan dirinya tanpa
kehadiran Gigi sahabatnya. Ann bahkan menyelingi metode pembelajarannya dengan
permainan untuk mengusir rasa kebosanan dan menambah semangat belajar para
muridnya.
Hari demi hari telah dilewati Song
dengan semangat mengajar yang tinggi namun sayang murid-murid terlihat tak
bersemangat dan bahkan bosan melihat cara mengajar gurunya tersebut. Kebosanan
mereka mendadak menguap ketika seekor ular muncul di tengah-tengah ruangan.
Song yang saat itu sedang fokus mengajari Muek menghafal alfabeth tidak menghiraukan
salah satu muridnya yang sedari tadi sudah berteriak “ular, ular!” sampai
akhirnya ketika ia menoleh kebelakang, sontak terkejutlah Song melihat seekor
ular besiap menggigitnya dan kemudian ia memilih berlari ketakutan dan
meninggalkan muridnya di dalam kelas.
“Pak
Song tolong, dia mau menggigitku. Pak Song tolong! Cepat! Tolong! Pak Song,
ular!” teriak Muek, Tuna, Tong dan Gao bergantian. Langkah Song terhenti
seketika. Lari bukanlah jalan keluar yang terbaik terlebih membiarkan ke 4
muridnya menghadapi ular sendirian di dalam sana. Song memutuskan kembali ke
dalam kelas. Dengan keberanian layaknya pendekar yang sedang berperang, Song
mengambil sebuah kursi dan melemparkannya lantai. Dan meleset… Song mengambil
kayu patahan kursi dan memukulkannya sekuat tenaga ke arah sang ular. Para
murid berteriak menyemangati Song, hingga pada akhirnya Song berhasil
mengalahkan ular. Tapi tunggu dulu, sebuah bekas gigitan terlihat di lengan
kiri Song.
“Tolong,
aku digigit ular, ikat lenganku agar bisanya tidak menyebar” pinta Song dengan
sisa tenaga yang dimilikinya
“Pak
Song. Bertahanlah” ucap Tuna panik
“Penglihatanku
mulai buram, aku mulai mengantuk. Tampar aku sekarang (plak). Bawa aku ke rumah
sakit” pinta Song lagi
“Cepat,
angkat” perintah Gao
Tiba-tiba “Itu bukan digigit ular”
ucap Muek dan kemudian mengambil kayu yang sempat digunakan guru mereka tadi.
Sebuah paku yang menancap di kayu terlihat ada bekas darahnya. Tuna, Tong dan
Gao seketika menghempaskan tubuh guru mereka ke lantai. Walaupun kelakuan yang
dilakukan Song tadi agak berlebihan, namun ke 4 murid tersebut sangat berterima
kasih kepada Song karena telah menyelamatkan mereka dari ular tadi. Tangan Song
yang masih terbalut kain perbanpun dihiasi dengan tulisan oleh ke 4 anak muridnya
“Pak Song keren” ucap Tuna, Song yang melihatnya hanya bisa tersenyum senang.
Keakraban dan kebersamaan mereka di sekolah terapung semakin terjalin. Mereka
tak hanya belajar bersama tapi juga memasak dan makan malam bersama.
Saat Song ingin membunyikan bel
tanda pelajaran usai tanpa sengaja ia melihat tiang sekolah yang ditandai oleh
Ann, batas tinggi setiap anak dan juga dirinya. Song mendekati tiang tersebut
dan mengukur tinggi Ann yang ternyata sejajar dengan hidungnya. Tinggi Ann dan
juga dirinya tak berbeda jauh. Kemudian Song pun memberi tanda tingginya juga
pada tiang tersebut beberapa senti dari tanda milik Ann.
Semakin hari Song semakin kagum dan
penasaran seperti apa rupanya Ann. Song pun menugaskan ke empat muridnya mencari
setiap barang yang ditinggalkan pemilik sebelumnya, ia berharap dapat menemukn
barang peninggalan orang lain yang dulu menempati tempat ini tak lain dan tak
bukan adalah Ann. Setelah mencari selama beberapa waktu, salah satu muridnya,
Tong berhasil menemukan sebuah foto.
“Fotonya
Bu Ann” teriak Tong
“Mana?”
tanya Song semangat dan mengambil foto di tangan Tong
“Ini
Bu Ann?” tanya Song
“Bukan,
yang itu Bu Gigi. Tapi itu tangannya Bu Ann. Aku mengingat tato bintangnya”
jawab Tuna. Song menutup wajah Gigi dengan ibu jarinya. Sekarang yang menjadi
fokusnya adalah tangan Ann yang tergambar tattoo bintang. Song melirik sesaat
ke perban yang membalut tangan kirinya, ada gambar bintang juga yang tanpa
sengaja digambari ke 4 muridnya. Senyum merekah di wajah Song, entah kenapa
Song mulai tertarik dengan sosok Ann yang tak pernah dilihatnya sekalipun.
Usai mencari setiap barang yang
mungkin saja ditinggalkan Ann, Song meminta muridnya untuk menggambar wajah Ann.
Lagi dan lagi senyum merekah di wajah Song, tak satupun dari muridnya bisa
menggambar dengan baik bagaimana wajah Bu Ann, guru mereka dulu diingatan
mereka. Tapi semuanya tak berarti membuat Song bersedih dan berkecil hati. Song
menempelkan setiap gambar di dinding dan memandanginya lekat. Tiba-tiba… sebuah
teriakan memanggil Song dan membuyarkan lamunannya. Tuna mengabarkan jika Bu
Ann berada disini. Song sontak saja terkejut sekaligus senang. Dengan cepat
Song berjalan ke luar dari kamarnya dan mendapati sosok seorang gadis yang
sedang memunggunginya. “Bu Ann” panggil Song malu dan membuat gadis di
hadapannya berbalik seketika dengan wajah yang ditutupi kertas bergambar salah
satu murid Song tadi.
Song terbangun dari mimpinya, teriakan
dan guyuran air dari Gao berhasil menyadarkannya. Gao berteriak jika di luar
sedang hujan badai. Dengan tergesa-gesa Song berlari ke luar kamar dan
memerintahkan semua muridnya masuk ke dalam kelas dan menutup semua jendela.
Sayang, semuanya sia-sia, ditutupnya jendela tak mampu menghalau terpaan hujan
disertai dengan badai. Bambu-bambu yang menjadi penopang sekolah terapung
begitupun dengan atap seng yang menjadi pelindung dari hujan dan panas mulai
bergoyang dan berterbangan. Song memeluk semua muridnya berusaha menenangkan
mereka. Tangisan ketakutan terdengar dari setiap anak, mereka bahkan meminta
pulang.
Buku diary milik Ann yang berada di
atas tepian papan tulis pun tak luput dari dahsyatnya hujan badai. Song hanya
bisa melihatnya dan tak mampu menggapainya karena harus tetap memeluk anak-anak
dan tidak mungkin ia membiarkan anak-anak ketakutan sendirian hingga akhirnya
buku diary tersebut tersapu air sungai.
Keesokan harinya..
Song berenang untuk mengumpulkan
setiap lembaran demi lembaran buku diary Ann yang berceceran. Tak cukup sampai
disitu, Song bahkan menyelam hingga ke dasar sungai guna mencari buku diary
Ann. Kemudian dijemur dan dijepitnya setiap lembaran diary hingga tiba pada
sebuah lembaran,
“JANGAN
MENYERAH”
membuat Song tersenyum seketika.
Dengan semangat 45, Song membenahi sekolah terapung yang porak poranda akibat
hujan badai semalam. Ditemani ke 4 muridnya Song berhasil membuat sekolah
terapung kembali berdiri seperti semula meskipun tak sesempurna dulu. Buku
diary milik Ann pun diperbaikinya dan tulisan yang mulai memudar kembali
ditulisi Song.
Ann POV
Pra Ujian akhir semester dimulai. Satu
persatu murid berhasil menyelesaikan soal mereka kecuali seorang anak bernama
Chon. Ann memanggil Chon ke depan kelas dan mengajarinya mengerjakan soal
matematika.
“aku
tidak suka matematika, tidak apa-apa kan bu jika aku tidak mempelajarinya?”
tanya Chon begitu Ann selesai menjelaskan
“Tidak
belajar matematika? Jadi bagaimana kamu bisa menjadi dokter atau insinyur?”
tanya Ann
“aku tidak ingin
menjadi seperti mereka” jawab Chon santai
“Kamu ingin menjadi
apa?” tanya Ann
“aku ingin menjadi
nelayan. Ya, ayahku nelayan, kakekku juga nelayan” jawab Chon lagi
Ann sontak terdiam,
“Chon, ada banyak hal yang bisa kamu lakukan. Kamu masih kecil, jadi kamu punya
banyak waktu untuk memikirkannya. Ayo, bantu Ibu menghapus papan tulisnya.
Chon, bisa kamu lakukan sesuatu untukku? Apapun yang terjadi jangan berhenti
sekolah. Hanya itu yang kuminta. Janji?”
“Iya” jawab Chon lesu
Keesokan harinya...
Ujian Akhir Semester pun tiba. Ann hanya bisa memandangi salah
satu kursi yang kosong, kursi yang biasa diduduki Chon sekarang tak
berpenghuni. Ann memutuskan menaiki perahu motor ke rumah Chon.
“Chon, kenapa kamu tidak datang untuk ujian? Ingat apa yang kamu
janjikan pada Ibu” ucap Ann ketika tiba di rumah terapung Chon
“Aku yang melarangnya pergi hari ini. Kakaknya sedang mengirim
ikan ke kota dan tidak ada yang menolongku” ucap Ayah Chon sementara Chon hanya
terduduk sambil menggulung tali
“Tapi hari ini ujian akhir semesternya. Kalau dia tidak ujian, dia
takkan lulus SD. Dia tidak akan bisa melanjutkan pendidikannya dimanapun” ucap
Ann tegas
“Itu tidak apa-apa” jawab ayah Chon acuh
“Anda ingin anak anda memancing ikan seumur hidupnya?” tanya Ann
sedikit kesal mendengar jawaban santai Ayah Chon
“Bu Ann, kalau aku tidak pergi memancing, bagaimana aku memberi
makan keluargaku?”
“Aku mengerti anda harus menafkahi keluarga anda. Tapi kalau
seorang anak ingin sekolah,itu sudah menjadi haknya. Anda merusak
kesempatannya” ucap Ann semakin kesal
“Bu Ann, berhenti. Aku tak mau sekolah lagi, aku ingin bersama
ayahku. Aku ingin menolong ayahku memancing” ucap Chon yang sedaritadi memilih
diam. Ann tak percaya dengan apa yang didengarnya… Ann memilih pulang kembali
ke sekolah terapung dan memanggil ke 6 muridnya yang masih tersisa, menanyai
apa impian dan cita-cita mereka ketika besar nanti dan jawabannya sama saja
semuanya ingin menjadi nelayan, lantaran latar belakang keluarga mereka yang
memang berprofesi sebagai nelayan juga.
Kenapa
aku harus kecewa?
Kalau
anak-anak tidak ingin belajar lagi.
Aku
dipekerjakan menjadi guru, jadi hanya mengajar saja.
Mereka
hanya murid, kenapa aku harus peduli?
Usai membaca diary Ann, entah kenapa Song merasa sedih. Song
seolah bisa merasakan kesedihan yang dirasakan Ann. Tanpa menunggu waktu lama,
Song segera mendatangi rumah Chon dan mencoba membujuknya agar kembali
bersekolah. Song bahkan mencoba bernegosiasi dengan Ayah Chon jika di akhir
pekan dirinya yang akan membantu menangkap ikan asalkan Chon bisa kembali
bersekolah.
Ujian akhir semester kembali dimulai. Para murid terlihat
lelah dan letih serta bingung mengerjakan soal-soal di hadapan mereka yang
terasa sangat sulit. Dan benar saja, ketika hasil ujian keluar, nilai para
murid didikan Song sangat kurang dan hal tersebut membuat Song mendapat surat
peringatan dari Kepala Sekolah, jika nilai murid sekolah terapung tak mengalami
peningkatan, kemungkinan besar kontrak mengajar Song tak akan dilanjutkan.
“Pak, Bu Ann yang dulu
mengajar di rumah kapal dimana dia sekarang?” tanya Song. Song merasa
kesempatan saat ini adalah waktu yang tepat untuk menanyakan keberadaan Ann.
“Oh. Dia sebentar lagi
menikah jadi dia dipindahkan untuk mengajar dengan pacarnya di Mon Fah. Karena
itulah aku mempekerjakanmu untuk menggantikan posisinya” jawab Kepala Sekolah.
Song mendadak terpaku di tempatnya berdiri. Seperti mendengar petir di siang
bolong seperti itulah perasaan Song sekarang. Saat kembali ke sekolah terapung,
Song segera membuka diary Ann, san ternyata ada salah satu halaman luput dibaca
Song….
Payah,
siapa yang melamar dengan cara seperti itu
Ann POV
Hari ini Ann pergi untuk menemui Nui di sekolah Mon Fah. Nui yang
merasa senang karena didatangi oleh Ann pun mengajaknya berkeliling sekolahnya
sambil berbincang-bincang.
“Ann, kamu ingin mengajar disini? Ada banyak anak-anak disini.
Disini ada juga seseorang yang menginginkanmu. Aku tidak ingin kehilanganmu
selama 5 hari dalam seminggu lagi” ucap Nui membuka pembicaraan “Sepertinya
kita harus...” ucap Nui dan mendadak di sekeliling mereka berdua menjadi
berisik. Anak-anak murid Nui membunyikan alat musik sebagai tanda dimulainya
proses lamaran Nui kepada Ann.
“Kukira kamu mau menunggu menjadi kepala sekolah dan punya rumah
dulu” tanya Ann
“Berada didekatmu saja sudah cukup bagiku. Jadi?” tanya Nui
“Baiklah” jawab Ann senang
“Sungguh?” tanya Nui tak percaya. Ann mengangguk dan tersenyum
berusaha meyakinkan pria di hadapannya ini jika dirinya setuju untuk menikah.
Song POV
Song kesal,
marah, emosi mengetahui jika Ann, wanita yang dicintainya tanpa pernah
ditemuinya akan segera menikah. Karena emosi yang tak dapat dipendam Song pun memilih
untuk membakar buku diary Ann namun baru
beberapa detik, Song segera mengeluarkan buku tersebut dari dahsyatnya jilatan
api. Entah kenapa dirinya tak tega membiarkan buku milik Ann terbakar begitu
saja dan lenyap menjadi abu. Buku diary Ann tak memiliki salah apapun dirinya
saja yang salah karena menaruh harap kepada seseorang yang bahkan sama sekali
belum pernah ia temui.
Song memilih
mendatangi sekolah Mon Fah keesokan harinya untuk mencari Ann. Ya, Song memang
tak mengetahui wajah Ann itu seperti apa tetapi ciri khas tattoo bintang di
tangan kanannya dan juga tinggi Ann sudah cukup baginya sebagai petunjuk. Namun
sayang, hasil pencarian Song tak membuahkan hasil apapun. Song memang tanpa
sengaja bertemu dengan seorang wanita yang memiliki tinggi yang sama persis
dengan Ann tetapi begitu menyadari jika di tangan wanita tersebut tak terdapat
tattoo bintang, Song memilih pergi
Ann POV
Semenjak Ann
menerima lamaran Nui, Ann pun pindah dari sekolah rumah kapal dan mengajar di
sekolah barunya Mon Fah, sekolah tempat Nui bekerja juga. Namun, lagi-lagi gaya
mengajar Ann dikritik oleh Kepala Sekolah. Ann sudah berusaha menjelaskan jika
setiap guru memiliki style tersendiri mengajari anak didiknya tetapi Kepala
Sekolah tetap tidak mau mengerti. Nui, pacar Ann dan bergelar sebagai wakil
Kepala Sekolah bukannya membela Ann malah ikut menyalahkannya.
“Ayolah Ann, pekerjaan tetaplah pekerjaan. Jangan campurkan itu
dengan masalah pribadi” ucap Nui berusaha membujuk Ann
“Promosi jabatanmu datang di waktu yang tidak tepat. Kamu tidak
tahu betapa bencinya Ibu Phut kepadaku” keluh Ann
“Kamu juga harus beradaptasi” ucap Nui lagi
“Kamu tidak berpikir kalau aku berusaha beradaptasi? Lihat, kamu
ingin aku menghapusnya dan aku menghapusnya (tattoo). Berapa banyak lagi aku
harus berubah agar membuatmu puas?” tantang Ann
“Ini bukan tentang kepuasanku. Kamu harus mengerti kalau ini
bukanlah sekolah rumah kapal. Kita punya peraturan yang harus ditaati” balas
Nui
Ann terdiam sesaat “Aku mau jujur, aku merasa disini bukanlah
tempatku. Nui, aku tahu kamu telah berusaha keras membuatku mengajar disini
tapi harus kukatakan yang sebenarnya. Lebih baik aku mengajar kembali di rumah
kapal dan dengan begitu kita tidak akan bertengkar seperti ini lagi. Aku sudah
muak” ucap Ann sedih seraya meninggalkan Nui.
Beberapa hari
kemudian, ketika sedang mengajar, seorang wanita tiba-tiba muncul di depan
ruang kelas dan terlihat sedang berbicara serius dengan Nui. Ann sedikit
bingung karena dirinya sama sekali tidak mengenali wanita tersebut apalagi
kondisi wanita tersebut sedang dalam keadaan hamil besar. Setelah berbicara
panjang lebar, Ann akhirnya mengerti maksud kedatangan wanita tersebut. Wanita
tersebut sedang mengandung anak Nui, hasil hubungan mereka, dan wanita tersebut
meminta pertanggung jawaban dari Nui untuk menikahinya. Dengan linangan air mata, Ann berjalan meninggalkan sekolah dan
Nui dengan cepat berusaha mengejarnya.
“Ann. Dengarkan aku dulu. Aku tahu aku salah. Maafkan aku. Aku
tidak sengaja Ann. Tolong cobalah mengerti. Ann, Itu cuma semalam. Ann…. Ann…
tolong bicara denganku. Tolong jangan menjauh dariku, lihatlah aku. Aku
mencintaimu Ann. Aku tidak pernah mencintai orang lain seperti cintaku padamu.
Aku tahu aku salah. Aku kesepian. Setidaknya bicaralah padaku” ucap Nui
berusaha membujuk Ann.
“Kalau dia tidak hamil, apa kamu akan mengatakannya padaku?” tanya
Ann sesaat sebelum pergi namun Nui memilih diam. Ann sudah mengerti maksud dari
sikap diamnya Nui, tak ada lagi alasan baginya untuk tetap tinggal di sekolah
ini dan juga disamping Nui.
Ann pun memilih mendatangi kembali sekolah tempatnya mengajar
dulu. Rasa malu harus dipendamnya
begitupun dengan rasa canggung saat bertemu dengan Kepala sekolah. Dengan
terbata-bata Ann meminta izin agar Kepala Sekolah mengizinkannya mengajar lagi
di sekolah terapung dan ternyata hasilnya di luar bayangan Ann. Kepala sekolah
dengan senang hati menerimanya karena posisi guru di sekolah terapung sedang
kosong sepeninggal guru sebelumnya yaitu Song yang diberhentikan karena hasil
ujian ana-anak yang kurang memuaskan dan dinilai tidak becus dalam mengajar.
“Kalau Anda tidak keberatan Pak, aku ingin mengajar di rumah kapal
lagi” ucap Ann
“Tidak sama sekali, justru aku senang. Guru yang disana kurang
cukup baik. Akhir tahun lalu dia sudah pergi. Kalau kamu kembali lagi, aku
tidak perlu mengkhawatirkan tahun ajaran berikutnya”
Ann merasa senang
melihat kembali para muridnya, hal yang sama pun dirasakan ke 4 murid Ann.
Pelukan hangat diberikan Ann kepada setiap muridnya, melampiaskan segala
kerinduan yang dipendamnya selama ini. Seorang pria tua muncul dan membawakan
genset untuk sekolah terapung, tak hanya itu pria tua tersebut juga mengabarkan
jika 2 minggu lagi listrik akan segera dipasang di sekolah terapung. Ann
kemudian bertanya kenapa kondisi sekolah terlihat sedikit berbeda? Pria tua
menjawab jika beberapa waktu lalu sempat terjadi badai dan Pak Song berhasil
memperbaikinya. Kemunculan seorang anak laki-laki di belakang pria tua membuat Ann
terkejut, bukankah itu Chon, muridnya yang memutuskan berhenti sekolah? Kenapa
Chon bisa berada disini lagi?
“Kamu memutuskan kembali sekolah?” tanya Ann
“Semester kemarin. Pak Song menolong ayahku untuk memancing setiap
akhir pekan. Sebagai gantinya dia meminta ayah agar mengizinkanku menyelesaikan
kelas 6” jawab Chon menjelaskan
“Dan apa kamu benar-benar ingin belajar?” tanya Ann lagi
“Pak Song mengatakan lebih baik banyak belajar agar tidak ada
orang yang bisa menipuku” jawab Chon dan berhasil membuat Ann tersenyum senang.
Ann tiba-tiba menjadi penasaran dengan sosok Song, guru yang menggantikannya
selama setahun belakangan ini. Terlebih ketika Ann kembali menandai tinggi
setiap anak di tiang, Ann melihat ada nama Song tertera disana. Tinggi Song tak
berbeda jauh darinya.
Kejadian yang
pernah dialami Song kembali dialami Ann. Seolah kisah yang kembali diflashback,
Ann kembali menemukan buku diarynya yang pernah ditinggalkannya dulu. Buku
diary berwarna coklat tetapi anehnya terlihat bekas terbakar dan dipenuhi
dengan selotip. Tak hanya itu, buku diary miliknya juga terdapat tulisan orang
lain yang Ann yakin itu adalah tulisan Song.
Song POV
Aku merasa...hatiku hancur dan aku juga kehilangan sahabat
terbaikku di waktu yang sama. Ketika aku mendengar kabar tentang Bu Ann dari
kepala sekolah, aku merasa tubuhku dibanting dan dihajar. Kita berdua sama-sama
murid sekolah. Sekolah Orang Galau.
Bu Ann,
kamu memang tidak mengenalku tapi ketika aku patah hati, aku melompat kedalam
air seperti yang kamu lakukan.
Selama
6 bulan terakhir, hidupku hanya dihabiskan untuk anak-anak, sekolah, sungai, dan
memikirkan Ibu Ann.
Hari
ini Hari Loy Krathong. Aku pergi dan menghanyutkan keranjang krathong-ku
untukmu juga. Aku juga membuat permohonan, semoga kamu bahagia.
Dari
alumni S.O.G. kelas 2.
Aku tidak pernah
berpikir untuk menjadi guru. Dari awal sudah penuh dengan kesusahan. Untungnya
aku menemukan buku harianmu. Itu telah menjadi panduanku yang sangat menolong.
Menolongku untuk mengerti bahwa hidup disini kita harus menjadi lebih dari
guru. Kita juga harus menjadi seperti orang tua mereka. Sekarang musim dingin.
Aku belajar untuk pertama kali bahwa memilih baju dingin tidak semudah yang
kubayangkan.
Dan sebentar lagi
ujian semester. Anak-anak masih saja pura-pura sakit perut ketika belajar
matematika. Bukan cuma anak-anak, sebelum aku bisa mengajari mereka satu soal
saja aku juga harus bersembunyi di toilet untuk mengerjakan soalnya dulu. Aku
menyadari sesuatu. Ada satu hal yang tidak pernah diketahui anak-anak. Aku
pernah memberikan anak-anak sebuah soal
“Sebuah kereta berjalan
dari peron penumpang ke stasiun A. Jaraknya X kilometer.” Ujar Song saat memberikan
sebuh soal untuk anak-anak
“Naik kereta itu seperti apa rasanya?” tanya Chon
“Kamu tidak tahu apa itu kereta?” jawab Song seraya bertanya
“Tahu, tapi aku tidak pernah menaikinya.” jawab Chon dengan
lugunya
“Kalau begitu ayo kita naik kereta.” ujar Song sambil tersenyum
Karena anak-anak
tidak mengerti bagaimana rasanya menaiki sebuah kereta, Song pun memiliki ide
bagaimana muridnya dapat paham seperti apa kereta itu dan bagaimana rasanya
ketika menaikinya dengan cara menjalankan perahu motor dan menarik sekolah
terapung seolah-olah sekolah terapung adalah kereta.
“Apa ini kereta?” tanya
salah satu anak”
“Tidak, ini belum menjadi kereta sebelum kalian berteriak
"Choo choo!" Kita anggap sekolah kita itu peronnya dan rumah Tuna,
yang baru saja kita lewati adalah stasiun A dan dermaga yang akan kita datangi
adalah stasiun keretanya. Jarak yang kita tempuh dari sekolah menuju dermaga
berapa jarak totalnya? Persamaannya menjadi seperti... 5x = x ditambah 360
adalah persamaan yang harus diselesaikan.” Jawab Song seraya menjelaskan soal
tersebut.
Aku tidak pernah
baik di sekolah dan mungkin karena itulah aku bisa membuat mereka lebih
mengerti. Sudah hampir waktunya ujian akhir. Anak-anak meletakkan 101% isi hati
mereka untuk ujiannya. Di hari ujian semuanya lulus kecuali satu orang.
“Kamu bisa melakukannya kan?” tanya Song kepada Chon
“Iya, aku bisa melakukannya tapi aku kehabisan waktu” jawab Chon
sambil menghapus air matanya
“Chon, ini bukan salahmu. Akulah guru yang buruk” ujar Song sambil
memeluk Chon
Akhirnya Song
memilih mengundurkan diri dengan alasan ingin kembali bersekolah. Song juga
merasa sedikit lega setelah mendengar jika guru lama akan kembali mengajar di
sekolah terapung.
Semua
anak-anak selalu menceritakan tentangmu. Maafkan aku telah membuat buku
harianmu rusak. Terima kasih telah mendampingiku selama ini.
Kamu
membantuku untuk mengerti, bahwa merindukan seseorang yang jauh disana dapat
membuatmu bahagia dengan cara yang tidak pernah dibayangkan sebelumnya. Buku
harian ini akan kukembalikan ke pemiliknya.
Song
Ann POV
Ann tersenyum seusai membaca buku harian miliknya. Saat bertemu
Kepala sekolah untuk melaporkan hasil ujian para muridnya, Ann memanfaatkan
kesempatan tersebut untuk bertanya dimana keberadaan Song sekarang. Namun sayangnya,
Kepala sekolah tak mengetahuinya karena Song tak pernah memberi kabar selepas
kepergiannya. Tapi tunggu dulu, Kepala sekolah masih menyimpan biodata Song dan
memberikannya kepada Ann.
Berbekal biodata
Song, Ann segera menuju alamat yang tertera di biodata namun sungguh
disayangkan, Song sudah tidak tinggal di tempat tersebut. Yang ada hanyalah
mantan pacar Song. Gagal bertemu dengan Song, Ann justru menghabiskan waktunya
dengan melamun. Ann bahkan membayangkan jika Song datang menemuinya dan minta
diajarkan cara menyelesaikan soal pecahan. Jika dulu Song pernah bermimpi
mengenai bu Ann dengan wajah yang ditutupi kertas bergambar kali ini Ann bisa
membayangkan dengan jelas wajah Song karena dari biodata tadi terselip sebuah
foto Song.
Hari-hari Ann
dihabiskan untuk memikirkan Song. Ann seringkali melihat foto Song, bersandar
pada tiang bangunan seolah-olah Song berdiri disampingnya dan membuka diary
miliknya lebih dari sekali dalam sehari. Hal yang pernah dilakukan Song tanpa
sadar dilakukan juga oleh Ann. Ann merasa tersihir dan jatuh cinta dengan sosok
Song yang tak pernah ditemuinya.
Saat Ann
menerbangkan keranjang krathong dan menyelipkan sebuah permohonan “aku juga
ingin bertemu denganmu”. Ann bahkan membayangkan berenang bersama dengan Song
seperti keinginan Song di buku diary miliknya.
Beberapa hai
kemudian ketika Ann sedang membantu ayah Chon untuk memancing ayah Chon
bercerita bahwa pak Song masih rajin untuk mengirimkan surat untuk
murid-muridnya dan juga para warga di sekitar sekolah terapung sontak Ann
terlihat senang ketika menerima kabar tersebut. Dengan tergesa-gesa Ann kembali
ke sekolah terapung dan memanggil Muek yang baru saja keluardari toilet, kemudian
Ann menanyainya dimana surat yang dikirimkan Song untuk Muek. Muek dengan
polosnya menjawab jika surat tersebut jatuh ke dalam toilet saat dirinya buang
air tadi.
“Aku menjatuhkannya kedalam toilet tapi aku sudah membuka dan
membacanya” ucap Muek
“Sungguh? Apa katanya?” tanya Ann penasaran
“D-a-t- “ ucap Muek berusaha mengeja
“Datang. Pak Song mau datang? Kapan datangnya?” tanya Ann semakin
penasaran
“T-a-h” jawab Muek kembali mengeja
“Tahun baru? Tahun depan?” tanya Ann untuk kesekian kalinya
“L-i-b-u-r”
“Liburan sekolah? Pak Song akan datang liburan sekolah ini kan?”
“Y-a, ya” jawab Muek senang dan bangga karena bisa menjawab
pertanyaan Ann.
Ann merasa sangat
senang mendengar kabar kedatangan Song. Ann bahkan membersihkan sekolah
terapung dibantu ke 5 muridnya. Sayang, kesenangan Ann hanya berlangsung
sementara. Pria yang tak ingin ditemuinya lagi kembali muncul dan berusaha
mengajaknya berbicara 4 mata.
“Nui, kenapa kamu kesini?” tanya Ann terlihat malas menghadapi
pria di hadapannya
“Besok hari terakhir sekolah. Aku kesini untuk menjemputmu. Aku
tahu tidak mungkin kau akan memaafkan kesalahanku padamu. Aku takkan membuat
alasan lagi. Aku takkan memintamu untuk mencintaiku lagi seperti dulu. Aku
hanya ingin kamu memberikanku kesempatan lagi. Aku merindukanmu, aku
merindukanmu setiap hari. Aku masih merasakan hal yang sama padamu seperti yang
kurasakan ketika kita masih kuliah semester 1. Tahun ini, aku menuliskanmu
surat setiap minggu tapi kamu tak pernah membalasnya sekali saja. Aku hanya
ingin tahu apa kabarmu” ucap Nui sedih.
Sepulang Nui, Ann memutuskan membaca setiap surat kiriman Nui yang
dibiarkannya tergeletak begitu saja di dalam laci meja.
Maafkan
aku telah egois. Aku membuatmu pindah mengajar di Mon Fah. Walaupun aku tahu
kau tidak bahagia. Aku takkan memintamu melakukan apapun untukku lagi.
Nui
Aku
berbuat salah sekali. Aku mencoba melakukan yang terbaik untuk memperbaikinya.
Aku bertanggung jawab secara penuh untuk anakku dan aku juga tidak pernah
berhubungan dengan wanita itu lagi. Ann, kembalilah dan izinkan aku untuk
menjagamu lagi.
Nui
Semalaman Ann
sama sekali tidak tidur membaca surat demi surat yang dikirimkan Nui kepadanya.
Tak hanya itu, Ann juga terus berpikir apa yang harus dilakukannya untuk masa
depannya bersama Nui nanti. Hingga akhirnya keputusan berat pun diambil Ann.
Ann memilih kembali bersama Nui dan meninggalkan sekolah terapung sebelum
sempat bertemu dengan Song. Tapi apakah ini memang keputusan yang terbaik yang
dipilih Ann?
Mobil Nui
berjalan meninggalkan desa. Di dalam mobil Ann hanya terdiam hingga Nui membuka
pembicaraan dengan memberikan sebuah benda yang memang sengaja ditinggalkan Ann
di sekolah terapung, tak lain dan tak bukan adalah buku diary miliknya. Ann
menatap buku diarynya dengan lekat dan membuka halaman terakhir dimana tulisan
tangan miliknya tertera disitu. Tulisan berisi pesan yang sengaja ditujukan
untuk Song.
Halo
Pak Song. Kita masih belum bisa bertemu tapi anak-anak sangat senang bertemu
denganmu lagi. Sekolah tidak banyak berubah sejak kamu terakhir kali disini.
Dinding di dapur yang telah kamu buat, aku dekorasi ulang menjadi terlihat
cantik ketika kamu ingin menggunakannya. Anak-anak suka bermain gulat dan
menggunakan gerakan-gerakan yang kamu ajarkan ke mereka. Tong mempunyai kepala
yang keras dengan benjol sebesar lemon, dalam 2 hari juga sembuh. Tahun ini
Tuna menjadi wanita dewasa, dia mulai suka berdandan. Pak Song, jangan ejek dia
karena kulit hitamnya dia sangat sensitif dengan kulitnya. Muek sudah bertambah
besar, sekarang dia sudah bisa mengeja nama teman-temannya. Gao mengambil
sumpah pramukanya, dia mengabdikan diri untuk berbuat amal. Dua malam yang lalu
kami merayakan kelulusan Chon. Aku tidak pernah berpikir bahwa menolong seorang
anak lulus kelas 6 akan membuatku bahagia. Terima kasih Pak Song sudah
menolongku melihat dan mengingat kembali kenapa aku menjadi guru untuk pertama
kali. Terima kasih padamu dari hatiku yang terdalam.
Ann.
Ann menutup buku diarynya. Kemudian mobil yang dikemudikan Nui
berhenti sesaat ketika tiba di perlintasan kereta.
“Kamu baik-baik saja? Kamu merindukan anak-anak? Sekolah sudah
selesai, bisakah kau berhenti menjadi guru untuk sebentar saja?” tanya Nui
karena sedaritadi Ann hanya terdiam
“Nui, ada seorang guru lain di rumah kapal. Suatu hari dia mencoba
mengajarkan soal matematika. Soalnya berhubungan dengan kereta. Ada satu anak
yang kebingungan karena dia tidak pernah naik kereta sebelumnya. Jadi dia
memutuskan mengikat rumah kapalnya di belakang perahunya seperti kereta. Apa
pendapatmu tentang guru itu?” tanya Ann balik
“Sepertinya dia punya banyak semangat. Tapi kalau dia mengajar
kelas dengan 50 anak dan dia mencoba melakukannya bisakah dia menyelesaikan
soalnya? Apa akhirnya anak itu bisa menjawab pertanyaannya?” tanya Nui lagi
“Ya, dia bisa, Tapi dia tidak bisa menyelesaikan ujiannya tepat
waktu” jawab Ann
“Kalau dia memakai waktunya dan berkonsentrasi lebih dalam
mengajar anak itu mungkin sudah lulus ujian” ucap Nui
“Tapi akhirnya dia tahu seperti apa itu kereta. Kamu tahu? Kalau
itu aku... aku akan melakukan hal yang sama. Justru karena kita tidak pernah
saling mengerti jadi kita tidak seharusnya bersama lagi” ucap Ann.
Ann memutuskan
kembali ke sekolah terapung. Buku diary yang sengaja ditinggalkannya dan
anehnya justru kembali berada di tangannya seolah pertanda jika takdir
mengharuskannya untuk tetap berada dan mengajar di sekolah tersebut dan
bukannya berada di sisi Nui.
Ann tiba di
sekolah terapung tapi sayang sekolah terapung dalam kondisi gelap. Tidak ada
seorang pun disana yang artinya anak-anak sudah kembali ke rumah mereka
masing-masing. lalu dimana Pak Song? bukankah hari ini adalah hari kedatangan Pak
Song? Ann menunggu sejenak dan memutuskan kembali pulang. Saat perahu berbalik,
sekolah terapung mendadak berpendar terang dihiasi lampu-lampu yang menyala
mengelilinginya. Ann berjalan mengecek setiap ruangan hingga tiba di sebuah ruangan
tepatnya di dapur, Ann bisa melihat sosok pria sedang duduk berjongkok dan
sibuk mengerjakan sesuatu.
“Paman, kamu sudah kembali? Tunggu sebentar, sebentar lagi aku
selesai” teriak Song dan masih sibuk dengan alat-alat listrik di hadapannya.
Sebuah buku diary terjulur ke hadapannya. Song terdiam sesaat dan seketika
berbalik. Sosok wanita muda, cantik sedang tersenyum kepadanya dengan mata
berkaca-kaca.
“Halo Bu Ann” sapa Song dan menerima buku diary pemberian Ann.
“Halo Bu Ann!” teriak Song sekali lagi. Bunyi mesin genset meredam suaranya dan
mengharuskannya berteriak.
Ann tertawa
begitupun dengan Song “Halo juga Pak Song!” balas Ann senang. Setelah
perjuangan yang panjang dan melelahkan akhirnya mereka bisa bertemu.
Komentar
Posting Komentar