Wayang Bambu, Kearifan Lokal Bogor Yang Sempat Hilang


Wayang adalah salah satu seni pertunjukkan asli Indonesia. Wayang sudah tekenal di banyak negara wayang juga di tetapkan oleh UNESCO sebagai pertunjukkan bayangan boneka tersohor dari Indonesia, sebuah warisan mahakarya dunia yang tak ternilai dalam seni bertutur. Karya seni asli Indonesia yang sudah mendunia ini memiliki ragam jenis dan bentuk yang berbeda-beda di setiap daerahnya ada wayang golek dari Bandung, wayang kulit dari jawaTengah ada wayang suket dari Tegal.

Tak kalah dengan daerah lain, Bogor juga punya wayang loh! Namanya wayang bambu, Kesenian ini diciptakan dan dikembangkan oleh Ki Drajat yang sekaligus dalang dan penemunya. Wayang bambu ini terbuat dari bambu, lebih tepatnya dari ati bambu atau batang bambu bagian dalam. Wayang khas yang berasal dari dari kampung Cijahe, Bogor ini termasuk salah satu jenis kesenian yang langka. Pasalnya sudah jarang dijumpai masyarakat yang mengembangkannya. Namun di tangan seorang seniman Drajat Iskandar, kesenian wayang bambu muncul kembali.

Proses pembuatan

Jika dilihat sepintas Wayang bambu mirip dengan wayang golek dari Jawa Barat. Namun yang membedakan adalah media pembuatannya. Sesuai namanya wayang bambu ini terbuat dari bambu selain itu tokoh wayang juga dibuat yang tidak sama dengan tokoh Mahabharata seperti wayang yang lainnya.

Proses pembuatan wayang bambu ini tidak mudah dan cukup rumit. Untuk membuatnya juga tidak menggunakan bambu sembarang tetapi menggunakan ati bambu atau batang bambu bagian dalam. Sejenis bambu tali ini, ati bambu ini dipilih karena memiliki sifat lentur dan mudah dibentuk.

Kemudian bambu dianyam dan dibentuk sesuai karakter. Disinilah kerumitan proses pembuatan wayang bambu karena dalam menjalin bilah-bilah bambu dibutuhkan ketelitian dan keuletan. Selanjutnya pemberian warna dan aksesoris supaya wayang terlihat indah dan menarik. Wayang bambu ini dibuat dengan beragam ukuran ada yang bear, sedang dan kecil.

Tidak memiliki wajah

Sesuai namanya, wayang ini memang terbuat dari bambu yang dianyam menjadi bagian tubuh dan kepala, dan sama seperti wayang pada umumnya wayang ini diberi hias-hiasan baju dan manik-manik dan kain. Hanya saja yang membedakan adalah pada bagian wajah wayang bambu ini tidak diberi cat, tidak memiliki mimik wajah seperti pada umumnya wayang golek atau wayang kulit.

Ki Darajat Iskandar sengaja tidak memberikan wajah pada wayang-wayang ciptaannya dengan tujuan unsur estetik dari anyaman bambu tidak hiang dan tetap terlihat dengan jelas. Alasan lainnya agar kepribadian si wayang tersebut bisa dimainkan seleluasa mungkin oleh dalangnya dan sebagai ciri khas karena wayang bambu tidak dibuat berdasarkan tokoh seperti wayang lainnya yang dibuat sama dengan tokoh mahabharata. 

Walaupun ada beberapa wayang yang wajahnya memang diberi cat merah atau putih sebagai penanda peranannya dalam tokoh antagonis atau protagonis, menurut Ki Darajat Iskandar itu hanyalah opsional dan beliau lebih senang untuk tidak mewarnai wajah si wayang tersebut.

Pertunjukkan

Sebenarnya wayang bambu ini sering dipertunjukkan pada zaman dahulu. Namun kesenian tradisional ini pernah menghilang dan nyaris punah. Padahal kesenian wayang bambu ini merupakan salah satu harta budaya Indonesia yang paling berharga. Pada 2004, Ki Drajat pun membuat wayang bambu kembali di daerah tempat tinggalnya. Lantas setelahnya berbagai pertunjukan sering ia gelar untuk berbagai acara seperti pernikahan maupun khitanan.

Pertunjukan wayang bambu sendiri sebenarnya hampir mirip dengan wayang golek. Panggungnya menggunakan gedebog pisang dan di setiap pertunjukannyadiiringi dengan musik karawitan Sunda. Pada awal penampilannya, kesenian wayang bambu ini dipandu dengan musik gamelan khususnya gamelan Sunda. Seiring berjalanya waktu Ki Darajat Iskandar mengganti alat musik perkusi gamelan tersebut dengan menggunakan alat musik yang terbuat dari bambu juga, seperti suling, angklung, karinding, celempung, dan lain-lain.

dalam pertunjukannya Ki Darajat Iskandar tidak mengangkat cerita-cerita lama atau pakem-pakem kuno seperti kisah Ramayana atau Mahabrata. Beliau lebih suka mengangkat cerita-cerita modern yang terinspirasi dari problematika kehidupan era modern dimana ceritanya mengangkat kisah kehidupan sehari-hari yang sedang ramai dibicarakan masyarakat.seperti kasus narkoba, perkelahian antar remaja, perilaku seks bebas, perjudian dan lain sebagainya.

Ki Drajat Iskandar menggunakan wayang bambu menjadi sarana untuk menyebarkan pesan moral, khususnya bagi generasi muda. Untuk berkomunikasi dalam pertunjukkan wayang bambu ini juga digunakan bahasa sunda Bogor hal ini juga merupakan salah satu upaya untuk melestarikan bahasa daerah. Wayang bambu dari Kampun Cijahe ini tidak hanya dikenal di dalam negeri saja melainkan telah dipasarkan hingga meebus pasar Eropa. Sudah sepatutnya kita sebagai orang Indonesia bangga dan tetap menjaga kesenian ini agar tidak hilang lagi

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pilar-Pilar Putih Berandanya Kota Bogor

Hari Bumi, Perubahan Atau Hanya Sebuah Perayaan?