Tentang Mimpi, Harapan, dan Cita-cita


Tentang Mimpi, Harapan, dan Cita-cita


            Setiap manusia yang lahir pasti membawa sebuah tujuan dalam hidupnya masing-masing. Proses pertumbuhan dan perkembangan manusia itu sendiri dapat diartikan sebagai proses dalam pencapaian tujuan tersebut. Bagaimana ia merencanakan, menyusun, dan mengasahnya, sampai apa yang diingikannya tersebut dapat terwujud. Semua terangkum dalam mimpi, harapan serta cita-cita. Sebagian orang bilang mimpi itu adalah sebuah bunga tidur, atau dunia khayal yang kamu banggakan saat kamu sedang tidak sadar, sedangkan harapan adalah sebuah jarak terjauh dari realita, begitu juga dengan cita-cita ia bagaikan sebuah mimpi dengan berbagai macam bumbu harapan yang dianggap mustahil untuk direalisasikan. Tetapi menurut saya pernyataan tersebut kurang tepat, saya menginterpretasikan mimpi sebagai angan-angan, sebuah keinginan akan sesuatu hal. Sedangkan harapan adalah keinginan terhadap suatu hal supaya menjadi kenyataan. Mimpi dan harapan sekilas mungkin memiliki arti yang sama, keduanya masih perihal keinginan. Perbedaannya hanya terletak pada sebuah keyakinan, apakah keinginan tersebut dapat terwujud? dan apakah kita bisa mewujudkannya?

            Mimpi dan harapan, adalah dua hal yang berbeda namun saling bertautan. Lalu bagaimana jika keduanya berkolaborasi? Sudah pasti akan menjadi sebuah keinginan terhadap sesuatu hal dengan sebuah keyakinan dalam diri yang membuat seseorang dapat mewujudkan sebuah tujuan yang sempurna atau mungkin yang biasa kita kenal dengan cita-cita.

            Sejak kecil kita selalu saja dipertanyakan tentang sebuah cita-cita, “kalau nanti sudah besar, mau jadi apa?” dan saya masih ingat ketika masih kecil, saya juga mendapatkan pertanyaan yang sama, lalu sebuah jawaban yang mungkin terdengar sedikit mustahil dipikirkan oleh seorang anak kecil, terucap dengan wajah lugunya, saya menjawab, “aku ingin menjadi astronaut” mengapa demikian? Satu hal yang selalu tertanam dalam hidup saya adalah bagaimana saya diajarkan untuk dapat menjadi seseorang yang berguna bagi orang lain, lalu kenapa harus astronaut? Dulu saya berpikir ketika saya menjadi astronaut mungkin saya akan pergi ke luar angkasa, mengamati bumi dan dengan mudahnya saya akan melihat adakah yang sekiranya membutuhkan bantuan saya. Maksudnya memang sederhana hanya ingin berguna dan menolong orang lain, namun pemikirannya saja yang sedikit rumit dan agak kejauhan yang tak mungkin terpikirkan bagi seorang anak kecil.

            Semakin hari terus tumbuh dan berkembang dan saya pun semakin sulit memahami sebenarnya apa cita-cita saya, karena saya selalu berpikir tujuan hidup saya hanya ingin berguna, menolong dan memastikan orang lain bahagia dan baik-baik saja, lantas kenapa harus ada yang namanya mimpi, harapan atau bahkan cita-cita yang bagi sebagian orang selalu menjurus terhadap suatu profesi. Bukankah kita harus fokus terhadap tujuan hidup kita saja?

            Dan ternyata semakin dewasa saya pun mulai mengerti, hidup itu ada alurnya, semuanya adalah proses dan sebagai manusia kita butuh diproses. Mimpi, harapan dan cita-cita adalah alur atau tahapan bagaimana kita dapat mewujudkan sebuah tujuan hidup, cara kita mewujudkan mimpi, harapan serta cita-cita ialah proses bagaimana kita semakin dekat dengan tujuan hidup masing-masing. Dan saya pun mulai mengerti mimpi, harapan dan cita-cita ialah kebutuhan, salah satu poin penting untuk kita beranjak melangkah ke jenjang yang lebih baik. Namun, kebimbangan masih saja menyelimuti, sewaktu kecil dengan mudahnya saya bilang kepada orang-orang kalau saya ingin jadi astronaut, tetapi ketika saya mulai memahami semuanya saya berpikir astonaut hanyalah mimpi kecil saya, saya rasa masih ada cita-cita terpendam yang masih belum saya temukan.

            Mencari dan terus mencari, akan dibawa kemana alur hidup saya, dan cita-cita apa yang akan mengantarkan saya pada sebuah tujuan hidup, pada masa-masa pencarian tersebut saya selalu berkaca dan tiada hentinya mengintropeksi diri, saya ini siapa? Besok mau jadi apa? Apa yang kedepannya akan saya berikan pada orang-orang? sejumlah pertanyaan pun muncul dan tertulis dengan rapi dalam buku jurnal saya, sempat terbesit dalam pikiran saya, kalau suatu saat nanti saya ingin menjadi seorang penulis, alasannya sederhana karena saya tidak terlalu pandai untuk bercerita dan mungkin menulis adalah satu sarana yang memudahkan saya untuk menyampaikan pesan atau cerita dalam sebuah aksara, namun saya selalu mengabaikan pikiran tersebut saya berpikir “ah, menulis itu kan hobi, apa mungkin bisa menjadi cita-cita?” saya rasa saya ingin yang lebih dari itu, seperti kata pepatah, sambil menyelam minum air, saya berpikir, iya saya ingin menjadi penulis, tapi penulis bukanlah cita-cita utama saya, saya ingin menjadikan menulis sebagai hobi dan pekerjaan sampingan saya nantinya, itulah yang ada dibenak saya pada saat itu.

            Sampai pada saat kelulusan SMA dimana saya harus sudah memiliki rencana yang matang tentang arah yang akan saya pilih kemana saya akan berlayar nantinya, dan satu jurusan menjadi incaran saya pada saat itu. Saya ingin masuk dijurusan Perencanaan Wilayah dan Tata kota, dan saya ingin menjadi seorang Planner, karena saya suka merencanakan dan merancang sesuatu. Namun, semesta belum mendukung atau memang saya belum siap dan masih ragu oleh karena itu Tuhan belum merestui.  Dan saya bertemu pada sebuah kesempatan untuk kembali pada mimpi yang pernah saya harapkan yang selalu saya bayangkan tapi tak pernah saya wujudkan. Satu-satunya pintu yang tebuka untuk saya pada saat itu adalah jurusan penerbitan, dan setelah saya pikir dengan matang kenapa tidak mencoba dan memanfaatkan kesempatan yang ada.

            Dan benar saja, kata orang hidup itu penuh kejutan, pada saat saya gagal saya tidak meyangka kalau ternyata kegagalan-kegagalan yang saya temui mendekatkan saya selangkah ke depan menuju mimpi yang sebenarnya. Saya sempat kecewa pada diri sendiri ketika saya belum berhasil menjadi seorang planner, saya boleh saja jatuh tapi tak boleh tumbang, satu mimpi saya boleh gagal tapi pasti masih ada mimpi tersembunyi lainnya yang harus saya cari dan tentu saja harus saya temui. Sampai saya mulai mengerti satu alasan, kenapa Tuhan menempatkan saya disini saat ini, mungkin karena Tuhan ingin memberikan saya kesempatan untuk mewujudkan mimpi yang pernah saya abaikan, menjadi seorang penulis, yang awalnya saya pikir saya bisa belajar menulis sendiri dan menjadikan penulis sebagai mimpi cadangan saya, ternyata Tuhan ingin saya belajar sekarang dan menjadikan penulis sebagai tujuan utama yang sudah semestinya saya kejar.

            Dan di sinilah saya sekarang menjadi mahasiswi penerbitan, mempelajari berbagai hal mengenai penulisan yang merupakan satu tahapan awal menuju mimpi saya menjadi seorang penulis. Setelah saya jalani, ternyata memang cukup menyenangkan bila kita belajar suatu hal yang memang kita sukai, dan ternyata terjawab sudah pertanyaan saya beberapa tahun lalu perihal apakah hobi dapat menjadi cita-cita. Bahkan, bukankah itu sebuah keberuntungan? Karena hobi sejalan dengan cita-cita. Dan kembali pada cerita hadirnya manusia adalah untuk sebuah tujuan. Dan mimpi, harapan serta cita-cita adalah jembatan untuk mencapai tujuan tersebut, dimana saya memiliki tujuan hidup untuk berguna dan membantu orang lain, dengan menjadi penulis saya berharap dapat membuat sebuah cerita yang dapat dijadikan teman untuk membantu semua yang membutuhkan.




















Komentar

Postingan populer dari blog ini

Wayang Bambu, Kearifan Lokal Bogor Yang Sempat Hilang

Pilar-Pilar Putih Berandanya Kota Bogor

Rumah Seduh, Tempat Berteduh Yang Nyaman di Kota Hujan