Hijau Jadi Abu?
KERANGKA
KARANGAN
Tema :
Bencana Alam
Judul : Hijau Jadi Abu ?
Kerangka karangan :
·
Pembuka :
-
konsep : kebakaran
hutan salah satu permasslahan yang berdampak besar bagi kelangsungan hidup
makhluk hidup
- studi kasus : kebakaran hutan melanda berbagai
daerah di Indonesia seperti Riau, Kalimantan, Jambi
·
Isi :
-Dampak :
Polusi udara yang menyebabkan berbagai gangguan penafasan, terancam punahnya
flora dan fauna
-Riset : Badan dan Nasional
Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat total luas hutan dan lahan yang terbakar
di seluruh Indonesia sepanjang Januari hingga Agustus 2019 mencapai 328.724
hektare.
- Argumentasi : penyebab kebakaran hutan di
berbagai wilayah di Indonesia memang banyak disebabkan oleh ulah manusia, Memang
tidak menutup kemungkinan juga bahwa faktor alam juga menjadi pemicu terjadinya
bencana ini namun jika dilihat dari
fakta yang ada ketidakbijakan ulah manusia dalam memanfaatkan sumber daya yang
ada adalah pemicu utamanya
·
Penutup :
-
Solusi :
adanya reboisasi, sanksi terhadap pelaku pembakaran liar hutan, sosialisasi
peran penting hutan bagi kehidupan
-
Saran :
ikut berpartisipasi dalam menjaga dan melestarikan hutan sebagai paru-paru
dunia
Hijau Jadi Abu?
Hutan merupakan salah satu elemen
penting dalam kehidupan. Bagaimana tidak? Hutan merupakan paru-paru dunia
dimana tempat bernaungnya para produsen oksigen. Kawasan hutan biasanya
dapat ditemui pada wilayah-wilayah yang luas di dunia dan berfungsi
sebagai penampung karbon dioksida, habitat berbagai jenis hewan dan tumbuhan,
serta pelestarian tanah.
Indonesia sendiri merupakan negara
yang memiliki kawasan hutan yang luas di berbagai pulau, berbagai daerah yang
tersebar dari sabang sampai merauke. Di Indonesia, perlindungan hutan bahkan
diatur dalam undang-undang. Menurut undang-undang tentang Kehutanan nomor 41
tahun 1999, hutan merupakan suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan
berisi sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam
lingkungannya yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan.
Namun apa jadinya kalau hutan yang
asri nan hijau dilahap si jago merah? mungkin namanya kini berganti menjadi
tanah yang gersang berabu. Ya kondisi inilah yang saat ini terjadi di ibu
pertiwi. Berbagai daerah sudah terabsen akan hadirnya si jago merah.
Kebakaran hutan/lahan berulang
hampir setiap tahun di Indonesia. Kebakaran hutan lindung sampai kebakaran
perkebunan meskipun sudah diantisipai dan diingatkan jauh-jauh, kebakaran juga
tetap terjadi. Ketika kebakaran hutan dan perkebunan terjadi seperti saat ini,
semua pihak cenderung gamang, dan saling menyalahan. Walaupun hutan merupakan
kawasan yang penting bagi kelangsungan hidup banyak mahkluk hidup, nyatanya
masih saja ada kasus kebakaran hutan.
Kebakaran
hutan/lahan itu sendiri dapat disebabkan oleh faktor alam ataupun ulah manusia
Penyebab kebakaran
hutan disebabkan oleh kondisi alam
Penyebab
kebakaran hutan secara alami biasanya memiliki dampak yang tidak terlalu
luas. Kebakaran hutan akibat alam tidak akan menelan kerugian
besar. Penyebab kebakaran hutan yang disebabkan oleh alam bisa
terjadi karena musim kemarau yang panjang, sambaran petir, aktivitas vulkanik
di gunung berapi dan ground fire atau kebakaran didalam lapisan tanah
gambut akibat kemarau panjang.
Penyebab kebakaran hutan akibat
ulah manusia
Penyebab
kebakaran hutan akibat ulah manusia sering kali menjadi penyebab utama
kebakaran hutan yang terjadi di Indonesia. Manusia yang membakar hutan memiliki
beberapa alasan.
Manusia
biasanya membakar hutan dengan tujuan untuk kepentingan pribadi
maupun kelompok sehingga rela membakar hutan yang merupakan kawasan dilindungi
oleh negara.
Salah
satu alasan manusia membakar hutan adalah untuk pembukaan lahan
perkebunan. Manusia sengaja membakar hutan menjadikan kawasan tersebut menjadi
lahan perkebunan yang bisa memberikan keuntungan bagi segelintir orang.
Jika perusahaan telah turut andil, tak jarang kebakaran hutan menelan kawasan
dengan skala yang luas.
Apa saja dampak dari
kebakaran hutan tersebut ?
Kebakaran
hutan/lahan adalah salah satu bencana yang berdampak cukup besar bagi
kelangsung hidup di alam ini. Mengapa demikian?
Dilansir dari
KOMPAS.com - WWF-Indonesia, organisasi non pemerintah internasional yang
menangani masalah konservasi dan lingkungan, menyatakan bahwa Karhutla 2019 di Indonesia sudah seharusnya dinyatakan
darurat, mengingat dampak dari bencana ini sudah menyebabkan kerugian bagi
rakyat dan bangsa Indonesia.
Pasalnya,
kebakaran
hutan
menyebabkan berbagai kerugian untuk masyarakat Indonesia, mulai dari gangguan
kesehatan, sosial, ekologi, ekonomi dan juga reputasi. Kerugian kesehatan
adalah yang paling jelas. Asap dari kebakaran hutan menyebabkan berbagai
penyakit, terutama infeksi saluran pernapasan akut (ISPA).
Artikel Kompas.com, Selasa (17/9/2019)
melaporkan bahwa berdasarkan catatan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan
Barat Harrison, kabut asap akibat kebakaran hutan dan lahan ( karhutla) telah mengakibatkan sedikitnya 6.025 warga
menderita ISPA. Sejumlah bayi juga harus diungsikan karena menderita batuk,
flu, sesak napas dan muntah.
Akibat
kebakaran hutan, masyarakat juga mengalami kerugian sosial berupa hilangnya
hutan sebagai sumber mata pencaharian, penghidupan dan identitas masyarakat
adat. Tidak hanya itu, ada juga kerugian ekologi, seperti hilangnya habitat
tempat keanekaragaman hayati flora dan fauna berada dan rusaknya ekosistem
penting yang memberikan jasa lingkungan berupa udara dan air bersih beserta
makanan dan obat-obatan.
Kondisi ekonomi Indonesia juga ikut merugi
karena dengan terjadinya karhutla ini, sumber devisa negara dari produk hutan
kayu dan non-kayu, serta ekowisata juga berkurang.Lalu, di mata internasional,
Indonesia juga mengalami kerugian reputasi karena menuai protes dari negara
tetangga yang ikut terimbas asap kebakaran hutan.
Badan dan Nasional Penanggulangan
Bencana (BNPB) mencatat total luas hutan dan lahan yang terbakar di seluruh
Indonesia sepanjang Januari hingga Agustus 2019 mencapai 328.724 hektare. Adapun
kebakaran hutan dan lahan terbesar salah satunya berada di Provinsi Riau.
“Luas lahan terbakar terbanyak ada di
provinsi Riau, yaitu mencapai 49.266 hektare” kata pelaksana Tugas Kepala Pusat
Data, Informasi, dan Hubungan Masyarakat BNPB Agus Wibowo di Jakarta, Jumat
(19/9).
Selain itu, kebakaran hutan dan lahan
juga terjadi di Kalimantan Tengah dengan area seluas 44.769 hektare diikuti
Kalimantan Barat dengan luas area terbakar 25.900 hektare dan Kalimantan
Selatan seluas 19.490 hektare. Adapun
di Sumatera Selatan, jumlah area lahan dan hutan yang terbakar mencapai 11.826
hektare dan 11.022 hektare lahan di Jambi.
Agus mengatakan
jumlah titik panas pada Jumat pukul 09.00 WIB dilaporkan 5.086, dengan titik
terbanyak di Kalimantan Tengah dengan 1.443 titik panas disusul Kalimantan
Barat dengan 1.384, Jambi dengan 695, Sumatera selatan dengan 532, riau dengan
187 dan Kalimantan Selatan dengan titik pabas sebanyak 169.
Lalu, hutan habis salah siapa?
Setelah meninjau
kebakaran hutan dan lahan di Riau dengan menaiki helikopter bersama kepala BNPB
dan panglima TNI, pada minggu (15/9/2019), kaporli jendral Tito Karnavian heran
karena ia tidak melihat lahan sawit dan tanaman industri ikut terbakar. Kalaupun
ada, hanya dipinggir “ini meunjukkan adanya praktik ‘land cleaing’ dengan
(cara) mudah dan murah memanfaatkan musim kemarau” ujar Tito terkait dugaan
kuat kebakaran hutan akibat ulah manusia dalam dalam siaran pers BNPB.
Dirjen penegak
hukum KLHK Rasio Ridho Sani menyatakan akan mendorong pengenaan pasal berlapis ke
pelaku pembakaran hutan , terutama dari korporasi. Pasal-pasal itu tidak hanya
terkait UU Lingkungan tetapi juga UU Kehutanan dan Perkebunan.
Menurut
saya, penyebab kebakaran hutan di berbagai wilayah di Indonesia memang banyak
disebabkan oleh ulah manusia, Memang tidak menutup kemungkinan juga bahwa
faktor alam juga menjadi pemicu terjadinya bencana ini namun jika dilihat dari fakta yang ada ketidakbijakan
ulah manusia dalam memanfaatkan sumber daya yang ada adalah pemicu utamanya,
mengapa demikian? Kalau memang ingin membuka lahan baru untuk membangun sebuah
industri ataupun dengan maksud dan tujuan tertentu lainnya. tolonglah
diperhatikan dampak lingkungan dan keseimbangan ekosistem yang ada, kita semua
harusnya sadar dan tentunya sudah paham seberapa besar hutan memegang peran
penting dalam kehidupan.
Kalau sudah terjadi,
bagaimana selanjutnya?
Memasuki
musim penghujan merupakan kabar baik sebagai pengharapan redanya masalah ini. Selain
itu diharapkan juga kepada seluruh lapisan masyarakat untuk senantiasa menjaga
dan ikut melestarikan hutan sebagai elemen penting kehidupan. Seperti yang
sudah dipaparkan diatas manusia harus lebih meningkatkan kesadaran dan
kepeduliannya terhadap alam, sosialisasi dan penerapan program membuka lahan
tanpa bakar sangat penting agar tidak terjadi lagi masalah serupa dan terminimalisirnya
dampak buruk bagi lingkungan, dan kesehatan, mari rawat paru-paru kita dan
mualilah dengan caa yang sederhana seperti melakukan reboisasi, tidak membuang
puntung rokok sembarangan, dll. Tidak lupa juga pern pemerintah untuk membuat
memperketat peraturan dan sanksi bagi para pelaku masalah tersebut.
referensi :
Komentar
Posting Komentar