Syarifudin Yunus, pegiat literasi di kaki gunung salak

Syarifudin Yunus, merupakan salah satu pegiat literasi dari Bogor yang menyuarakan pentingnya gerakan literasi di masyarakat. Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) ini lahir di Jakarta, 15 Maret 1970. Kepedulian dan semangatnya yang tinggi untuk meningkatkan kecintaan masyrakat terhadap dunia literasi membuatnya mendirikan sebuah  Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Lentera Pustaka di Kampung Warung Loa Desa Sukaluyu Kec. Tamansari di Kaki Gn. Salak Bogor

Awal mula ia mendirikan taman baca tersebut karena keprihatinan dari partisipasi pendidikan di wilayah tersebut yang hanya 81% tamat SD 9% tamat SMP. Berangkat dari realitas tersebut syarif membangun taman baca masyaraat lentera pustaka tujuannya agar anak-anak usia sekolah di Desa Sukaluyu kec. Tamansari Bogor ini memiliki kesempatan dan akses untuk membaca setiap harinya. Baginya, literasi bukan hanya penting tetapi menjadi sebuah kewajiban seharusnya, terutama bagi anak-anak penerus bangsa dalam upaya mempersiapakan masa depan yang lebih baik.

Pria alumni UNJ peraih UNJ Award 2017 bidang Pengabdian Masyatakat dan peraih Dosen Berprestasi Unindra Tahun 2009 ini bertekad untuk menekan angka pendidikan rendah atau putus sekolah yang dimulai dengan cara sederhana yaitu melalui baca dan buku. Ia berharap dapat membangun tradisi baca di lingkungan masyarakat tersebut lewat taman baca yang ia dirikan pada 5 November 2017. Dengan modal seadanya ia mengubah garasi rumah dengan rak-rak buku menjadi sebuah taman baca yang nyaman. 

Syarif membangun TBM Lentera Pustaka sebagai taman bacaan kreatif dan menyenangkan melalui konsep "TBM Edutainment" yang digagasnya sendiri, kegiatan membaca yang memadukan unsur edukatif dan entertainment. Ada salam literasi, doa literasi, senam literasi, membiasakan membaca bersuara, laboratorium baca setiap hari minggu untuk pemahaman dan motivasi anak-anak, event bulanan dengan mendatangkan tamu dari luar untuk motivasi, dan jajanan kampung gratis untuk anak-anak pembaca setiap bulan.

Mengelola Taman Bacaan Masyarakat (TBM) tidaklah mudah, karena di Indonesia banyak taman bacaan masyarakat yang “mati suri” akibat tiga hal, Pertama, ialah buku yang disediakan ada, tetapi anak tidak ada. Kedua, anak-anak ada, tetapi buku yang disediakan tidak ada. Ketiga, ialah komitmen pendiri dan pengelola Taman Bacaan Masyarakat. Ia mengaku tetap menjaga komitmen agar TBM Lentera tetap ada. Meskipun, TBM ada di sekitar kaki gunung salak, tak jadi hambatan untuk Syarifudin selalu hadir tiap minggu

Saking cintanya kepada taman bacaan dan gerakan literasi, Syarif pun menjadi kandidat Doktor Taman Bacaan di Indonesia yang saat ini sedang menyelesaikan disertasi berjudul “Peningkatan Tata Kelola Taman Bacaan Melalui Model TBM Edutainment Sebagai Layanan Dasar Pendidikan Nonformal pada Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Di Kabupaten Bogor” dari Prodi Manajemen Pendidikan Pascasarjana Universitas Pakuan (Unpak).

Dunia literasi sepertinya memang sudah melekat dalam diri ayah tiga anak ini. Ia bahkan menjadikan menulis sebagai gaya hidup sebagai realisasi kecintaannya terhadap budaya literasi di Indonesia. Setiap hari ia menulis, apapun dituliskan olehnya sampai saat ini ia sudah melahirkan 25 buku, Karena menurutnya, budaya literasi hanya bisa dimulai dari budaya membaca dan menulis

Kini, anak-anak Desa Sukaluyu di Kaki Gunung Salak mampu “melahap” 5-8 buku per minggu. Sebuah perilaku dan budaya anak-anak yang tadinya “jauh” dari buku, kini menjadi lebih “dekat” pada buku dalam kesehariannya. Selain itu, TBM Lentera Pustaka mulai merambah ke aktivitas sosial lainnya, seperti: 1) Penyelenggaraan “Gerakan BERantas Buta  aksaRA (GEBER BURA)” bagi ibu-ibu dan bapak-bapak yang buta huruf, 2) Implementasi “Wisata Literasi Lentera Pustaka Gn. Salak” sebagai wisata edukasi alternatif yang berbasis membaca buku sambil menyusuri sungai dan kebun di alam terbuka, dan 3) Edukasi Literasi Finansial (EDULIF) sebagai bentuk program edukasi literasi keuangan anak-anak setiap bulan.

Bukanlah hal yang mudah dan membutuhkan pejuangan dalam melewati proses yang panjang untuk bisa mendekatkan anak-anak dengan buku sampai menembuhkan rasa kecintaan mereka terhadap dunia literasi semoga dengan kecintaan anak-anak pada dunia literasi dapat mengantarkan masyarakat di Desa Sukaluyu tersebut melek pendidikan dan menekan angka pendidikan rendah dan putus sekolah. Syarif telah memulai jejak kecintaan literasi di Indonesia semoga banyak yang terinspirasi seperti dirinya yang selalu berkomitmen dengan tekad yang kuat untuk menegakan dunia literasi di negeri ini.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Wayang Bambu, Kearifan Lokal Bogor Yang Sempat Hilang

Pilar-Pilar Putih Berandanya Kota Bogor

Rumah Seduh, Tempat Berteduh Yang Nyaman di Kota Hujan